Sehari di Kediaman Rasulullah (bagian 5)


Oleh : Abdul Malik bin Muhammad bin Abdur Rahman Al-Qasim 

Karib Kerabat Rasulullah   

Nabiyyul ummah adalah seorang yang sangat setia menjaga hubungan tali silaturrahim. Kesetiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Beliau adalah seorang yang memiliki tanggung jawab yang sangat sempurna dalam hal itu. Sampai-sampai kaum Quraisy memuji beliau dan menggelar beliau dengan sebutan Ash-Shadiq Al-Amiin (yang jujur lagi sangat di percaya) sebelum beliau diangkat menjadi rasul. Istri beliau tercinta, Khadijahradhiyallahu 'anhamelukiskan sifat beliau dengan ucapannya: 

"Engkau adalah seorang yang suka menyambung tali silaturrahim dan selalu berkata jujur."
Lihatlah! beliau menunaikan hak yang paling besar dan melaksanakan kewajiban yang paling utama, yaitu menziarahi makam ibu beliau yang wafat pada saat beliau berusia tujuh tahun. Abu Hurairah menuturkan-nya kepada kita: 

Pada suatu ketika, Rasulullah menziarahi makam ibunya. Beliau menangis dan ikut menangis juga para sahabat Radhiallaahu anhu yang ada di dekat beliau. Beliau lalu berkata:
"Aku telah meminta izin kepada Rabbku untuk memohonkan ampunan bagi ibuku, namun Dia tidak mengizinkannya. Lalu aku minta izin untuk menziarahi makamnya, Dia pun mengizinkannya. Berziarah kuburlah kamu, sebab ziarah kubur mengingatkan kamu kepada hari kematian." (HR. Muslim) 



Perhatikanlah, betapa besar kecintaan Rasulullah kepada karib kerabatnya. Demikian pula perhatian beliau untuk mendakwahi, membimbing serta menyela-matkan mereka dari api Neraka. Beliau ¥ begitu tabah dalam menghadapi segala macam kesulitan untuk hal itu. 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu  ia berkata: "Ketika turun ayat "Dan berilah peringatan kepada karib kerabatmu yang terdekat." (Asy-Syuara' 214). Beliau mengundang pemuka Quraisy. Setelah mereka berkum-pul, mulailah beliau memberikan pengarahan secara umum dan khusus. Beliau berkata:

Wahai Bani Abdu Syams, wahai Bani Ka'ab bin Lu`ai, tebuslah diri kalian dari api Nereka! Wahai Bani Murrah bin Ka'ab, tebuslah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Abdu Manaf, tebuslah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Hasyim, tebuslah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Abdul Muththalib, tebusah diri kalian dari api Neraka! Wahai Fathimah, tebuslah dirimu dari api Neraka! sedikitpun aku tidak berguna bagimu di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala , hanya saja kalian memiliki hubungan kekerabatan yang tetap aku pelihara baik." (HR. Muslim)
 
Beliau tidak pernah bosan dan jemu mendakwahi Abu Thalib, paman beliau. Berulang kali beliau menawarkan dakwah beliau kepadanya, hingga beliau menemuinya saat menjelang kematiannya, sebagaimana yang dikisahkan dalam riwayat di bawah ini: 

Ketika Abu Thalib tengah menghadapi kematian, Rasulullah datang menemuinya, sementara Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umaiyyah ada di dekatnya. Rasulullah berkata kepadanya: "Wahai pamanku, ucapkanlah "Laa Ilaaha Illallaahu!" sebuah kalimat yang akan aku jadikan hujjah untuk membelamu di hadapan Allah!" Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah mempengaruhinya dengan ucapan: "Wahai Abu Thalib, apakah engkau tega membenci agama Abdul Muththalib?" mereka berdua terus mempengaruhinya sehingga kalimat terakhir yang diucapkan Abu Thalib adalah: "Aku wafat di atas agama Abdul Muththalib!"
 
Rasulullah pun berkata: "Aku akan terus memohonkan ampun bagimu selama hal itu belum dilarang atasku!"
Hingga akhirnya turunlah ayat: 

 "Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni Neraka Jahannam." (At-Taubah: 113) 

Lalu turun juga ayat:
 "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dike-hendaki-Nya." (Al-Qashash: 56) 

(Kisah tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka). 

Rasulullah telah berulang kali mendakwahi Abu Thalib semasa hidupnya. Hingga pada saat-saat terakhir menjelang wafatnya. Kemudian beliau iringi dengan permohonan ampunan baginya sebagai bentuk kebaikan dan kasih sayang beliau terhadapnya, hingga turun ayat yang melarang hal itu. Beliau patuhi dan taati perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala , setelah itu beliau tidak lagi memanjatkan doa bagi orang-orang musyrik meskipun dari kalangan kerabat beliau. Itulah bentuk kasih sayang yang amat agung terhadap umat. Di lain pihak, itu juga merupakan sikap loyalitas yang tinggi terhadap Dienul Islam serta bara' (berlepas diri) dari orang-orang kafir dan musyrik meskipun berasal dari kalangan keluarga dan kaum kerabat. Alangkah indah lantunan syair berikut ini: 

Beliau adalah seorang nabi yang diutus kepada kami.
Setelah kami tenggelam dalam keputus-asaan dan kekosongan para rasul.
Sementara berhala-berhala disembah di muka bumi.
Beliau datang sebagai pelita yang menerangi.
Sebagai pembimbing yang bersinar secerah kilatan pedang India.
Beliau memperingatkan kami dari siksa api Neraka.
Membawa kabar gembira berupa kenikmatan Surga.
Beliau bimbing kami kepada Islam.
Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta'ala  semata.

Aktifitas Rasulullah di Dalam Rumah

Rumah seseorang ibarat cermin yang menggambarkan keluhuran akhlak, kesempurnaan budi pekerti, keelokan pergaulan dan ketulusan nuraninya. Tidak ada seorang pun yang melihat apa yang diperbuatnya di balik kamar dan dinding. Saat ia bersama hamba sahaya, bersama pembantu atau bersama istrinya. Ia bebas berbuat tanpa ada rasa sungkan dan berpura-pura. Sebab ia adalah raja yang memerintah dan melarang di dalam rumahnya. Semua anggota keluarga yang berada di bawah tanggungannya adalah lemah. Marilah kita lihat bersama aktifitas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di dalam rumah, selaku pemimpin dan panutan umat yang memiliki kedudukan yang mulia dan derajat yang tinggi. Bagaimanakah keadaan beliau di dalam rumah? 

Aisyah radhiyallahu 'anha pernah ditanya: "Apakah yang dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di dalam rumah?" Ia radhiyallahu 'anha menjawab: "Beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau sendiri." (HR. Ahmad dan Tirmidzi) 

Demikianlah contoh sebuah ketawadhu'an dan sikap rendah hati (tidak takabur) serta tidak memberatkan orang lain. Beliau turut mengerjakan dan membantu pekerjaan rumah tangga. Seorang hamba Allah  yang terpilih tidaklah segan mengerjakan hal itu semua. 

Dari rumah beliau shallallahu 'alaihi wasallam yang penuh berkah itulah memancar cahaya Islam, sedangkan beliau sendiri tidak mendapatkan makanan yang dapat mengganjal perut beliau shallallahu 'alaihi wasallam. An-Nu'man bin Basyir menuturkan kepada kita keadaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

"Aku telah menyaksikan sendiri keadaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sampai-sampai beliau tidak mendapatkan kurma yang jelek sekalipun untuk mengganjal perut." (HR. Muslim)
Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan:

"Kami, keluarga Muhammad, tidak pernah menya-lakan tungku masak selama sebulan penuh, makanan kami hanyalah kurma dan air."
(HR. Al-Bukhari) 

Tidak ada satu perkara pun yang melalaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  dari beribadah dan berbuat ketaatan. Apabila sang muadzin telah mengumandangkan azan; "Marilah tegakkan shalat! Marilah menggapai kemenangan!" beliau segera menyambut seruan tersebut dan meninggalkan segala aktifitas duniawi. 

Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: "Aku pernah bertanya kepada 'Aisyah radhiyallahu 'anha: 'Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di rumah?' 'Aisyah radhiyallahu 'anha menjawab: "Beliau biasa membantu keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk menunaikan shalat)." (HR. Muslim) 

Tidak satupun riwayat yang menyebutkan bahwa beliau mengerjakan shalat fardhu di rumah, kecuali ketika sedang sakit. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pernah terserang demam yang sangat parah. Sehingga sulit baginya untuk keluar rumah, yakni sakit yang mengantar beliau menemui Allah shallallahu 'alaihi wasallam.
Disamping beliau lemah lembut dan penuh kasih sayang terhadap umatnya, namun beliau juga sangat marah terhadap orang yang meninggalkan shalat fardhu berjamaah (di masjid). Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Sungguh betapa ingin aku memerintahkan muazdin mengumandangkan azan lalu iqamat, kemudian aku memerintahkan seseorang untuk mengimami shalat, lalu aku berangkat bersama beberapa orang yang membawa kayu bakar menuju kaum yang tidak menghadiri shalat jamaah, untuk membakar rumah-rumah mereka."
(Muttafaq 'alaih) 

Sanksi yang sangat berat tersebut menunjukkan betapa penting dan utamanya shalat berjamaah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Barangsiapa yang mendengar seruan azan, lalu ia tidak menyambutnya (mendatangi shalat berjamaah), maka tidak ada shalat baginya kecuali karena uzur."
(HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Uzur di sini adalah perasaan takut (tidak aman) atau sakit.
Apa dalih orang-orang yang mengerjakan shalat fardhu di rumahnya (di samping istrinya)? Mereka tinggalkan masjid! Apakah ada uzur sakit atau perasaan takut bagi mereka?


Akhlak dan Budi Pekerti  

Perilaku seseorang merupakan barometer akal dan kunci untuk mengenal hati nuraninya. 'Aisyah Ummul Mukminin putri Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhuma seorang hamba terbaik yang mengenal akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan yang dapat menceritakan secara detail keadaan beliau shallallahu 'alaihi wasallam. 'Aisyah radhiyallahu 'anha adalah orang yang paling dekat dengan beliau baik saat tidur maupun terjaga, pada saat sakit maupun sehat, pada saat marah maupun ridha.
Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan:

Rasulullah bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan.
(HR. Ahmad) 

Demikianlah akhlak beliau shallallahu 'alaihi wasallam selaku nabi umat ini yang penuh kasih sayang dan selalu memberi petunjuk, yang penuh anugrah serta selalu memberi nasihat. Semoga shalawat dan salam tercurah atas beliau. Al-Husein cucu beliau menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata: "Aku bertanya kepada ayahku tentang adab dan etika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau, ayahku menuturkan: "Beliau shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja yang mengharapkanya pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas. Beliau meninggalkan tiga perkara: "riya', berbangga-bangga diri dan hal yang tidak bermanfaat." Dan beliau menghindarkan diri dari manusia karena tiga perkara: "beliau tidak suka mencela atau memaki orang lain, beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai pahala." Jika beliau berbicara, pembicaraan beliau membuat teman-teman duduknya tertegun, seakan-akan kepala mereka dihinggapi burung (karena khusyuknya). Jika beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah membantah sabda beliau. Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam memperhatikannya sampai ia selesai bicara. Pembicaraan mereka disisi beliau hanyalah pembicaraan yang bermanfaat saja. Beliau tertawa bila mereka tertawa. Beliau takjub bila mereka takjub, dan beliau bersabar menghadapi orang asing yang kasar ketika berbicara atau ketika bertanya sesuatu kepada beliau, sehingga para sahabat shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengharapkan kedatangan orang asing seperti itu guna memetik faedah. Beliau bersabda:
 
"Bila engkau melihat seseorang yang sedang mencari kebutuhannya, maka bantulah dia." Beliau tidak mau menerima pujian orang kecuali menurut yang selayaknya. Beliau juga tidak mau memutuskan pembicaraan seeorang kecuali orang itu melanggar batas, beliau segera menghentikan pembicaraan tersebut dengan melarangnya atau berdiri meninggalkan majlis."  (HR. At-Tirmidzi) 

Cobalah perhatikan satu persatu akhlak dan budi pekerti nabi umat ini shallallahu 'alaihi wasallam. Pegang teguh akhlak tersebut dan bersungguh-sungguhlah dalam meneladaninya, sebab ia adalah kunci seluruh kebaikan.
Di antara petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah mengajarkan perkara agama kepada teman-teman duduknya, di antara yang beliau ajarkan adalah:

"Barangsiapa yang wafat sedangkan ia memohon kepada selain Allah, ia pasti masuk Neraka."
(HR. Al-Bukhari)
Di antaranya juga:

"Seorang muslim adalah yang kaum muslimin dapat terhindar dari gangguan lisan dan tangan-nya, seorang muhajir (yang berhijrah) adalah yang meninggalkan segala yang dilarang Allah shallallahu 'alaihi wasallam."
(Muttafaq 'alaih). 

Dan sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam:

"Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di malam kelam, berupa cahaya yang sempurna pada Hari Kiamat."
(HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud) 

Demikian pula sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam :

"Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kamu."
(HR. Abu Daud)
Diriwayatkan juga dari beliau:

"Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah perkataaan yang belum jelas bermanfaat baginya sehingga membuat ia terperosok ke dalam api Neraka lebih jauh daripada jarak timur dan barat."
(Muttafaq 'alaih)

Post a Comment

Previous Post Next Post