Sehari di Kediaman Rasulullah (bagian 7)

Oleh : Abdul Malik bin Muhammad bin Abdur Rahman Al-Qasim

Canda Rasulullah


Rasulullah adalah seorang pemimpin yang sangat memperhatikan urusan umat dan seluruh pasukannya. Beliau juga sangat perhatian terhadap bawahan serta anggota keluarga. Disamping itu beliau juga tetap menjaga amal ibadah serta wahyu yang diturunkan. Dan banyak lagi urusan lain yang beliau perhatikan. Sungguh merupakan amal yang sangat agung dalam rangka memenuhi tuntutan kehidupan dan membangkitkan motivasi, yang tidak akan mampu dilaksanakan oleh sembarang orang. Namun Rasulullah r meletakkan setiap hak pada tempatnya. Beliau tidak akan mengurangi hak orang lain atau meletakkan hak tersebut tidak pada tempatnya. Meskipun sangat banyak beban dan pekerjaan, namun beliau tetap memberikan tempat bagi anak-anak kecil dihatinya. Beliau sering mengajak mereka bercanda dan bersenda gurau, mengambil hati mereka dan membuat mereka senang. 



Abu Hurairah Radhiallaahu anhu menceritakan: "Para sahabat ber-tanya kepada Rasulullah : "Wahai Rasulullah, apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?" Rasulullah menjawab:

"Tentu, hanya saja aku selalu berkata benar." (HR. Ahmad).
Anas Radhiallaahu anhu menceritakan kepada kita salah satu bentuk canda Rasulullah e, ia berkata: "Rasulullah r pernah memanggilnya dengan sebutan:
 "Wahai pemilik dua telinga!" (maksudnya bergurau dengannya) (HR. Abu Dawud)
Anas Radhiallaahu anhu mengisahkan: "Ummu Sulaim Radhiallaahu anha mempunyai seorang putra yang bernama Abu 'Umair. Rasulullah e sering bercanda dengannya setiap kali beliau datang. Pada suatu hari Rasulullah r datang mengunjunginya untuk bercanda, namun tampaknya anak itu sedang sedih. Mereka berkata:
Wahai Rasulullah , burung yang biasa diajaknya bermain sudah mati." Rasulullah lantas bercanda dengannya, beliau berkata:
"Wahai Abu 'Umair, apakah gerangan yang sedang dikerjakan oleh burung kecil itu?" (HR. Abu Daud) 

Demikian pula dengan para sahabat Radhiallaahu anhum, salah satu di antaranya adalah yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Ada seorang pria dusun bernama Zahir bin Haram. Rasulullah sangat menyukainya. Hanya saja tampangnya jelek. Pada suatu hari, Rasulullah menemuinya sewaktu ia menjual barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah memeluknya dari belakang sehingga ia tidak dapat melihat beliau. Ia pun berkata: "Lepaskan aku! Siapakah ini?" Setelah menoleh ia pun mengetahui ternyata yang memeluknya adalah Rasulullah e. Ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk merapatkan punggungnya ke dada Rasulullah . Rasulullah lantas berkata: "Siapakah yang sudi membeli hamba sahaya ini?" Ia pun berkata: "Demi Allah wahai Rasulullah , kalau demikian aku tidak akan laku dijual!" Rasulullah membalas: "Justru engkau di sisi Allah I sangat mahal harganya!" (HR. Ahmad) 


Sungguh merupakan akhlak yang terpuji dari baginda Nabi yang mulia dan luhur budi pekertinya r.
Meskipun beliau bersikap luwes terhadap keluarga dan kaumnya, namun tetap ada batasannya. Beliau tidaklah melampaui batas bila tertawa, beliau hanya tersenyum. Sebagaimana yang dituturkan 'Aisyah Radhiallaahu anha :

"Belum pernah aku melihat Rasulullah tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan anak lidah beliau. Namun beliau hanya tersenyum." (Muttafaq 'alaih) 

Meskipun beliau selalu bermuka manis dan elok dalam perrgaulan, namun bila peraturan-peraturan Allah dilanggar, wajah beliau akan memerah karena marah. 'Aisyah Radhiallaahu anhu menuturkan kepada kita: "Pada suatu ketika, Rasulullah baru kembali dari sebuah lawatan. Sebelumnya aku telah menirai pintu rumahku dengan korden tipis yang bergambar. Ketika melihat gambar itu Rasulullah langsung merobeknya hingga berubah rona wajah beliau seraya berkata:

"Wahai 'Aisyah, sesungguhnya orang yang paling keras siksanya di sisi Allah pada Hari Kiamat adalah orang-orang yang meniru-niru ciptaan Allah." (Muttafaq 'alaih)
 
Tidur Rasulullah

Ubay bin Ka'Ab Radhiallaahu anhu menuturkan kepada kita bahwa Rasulullah pernah bersabda:


"Jika salah seorang di antara kamu mendatangi pembaringannya, hendaklah mengibaskan kasurnya dengan ujung kain (untuk membersihkannya) serta sebutlah asma Allah Subhanahu wa Ta'ala  Sebab ia tidak tahu kotoran apa yang melekat pada kasurnya itu sepening-galnya. Jika hendak berbaring, hendaklah berbaring dengan bertelekan pada rusuk kanan. Dan hendaklah mengucapkan:
"Maha suci Engkau Ya Allah Ya Rabbi, dengan menyebut nama-Mu aku meletakkan tubuhku, dan dengan nama-Mu jua aku mengangkatnya kembali. Jika Engkau mengambil ruhku (jiwaku), maka berilah rahmat padanya. Tetapi, bila Engaku melepas-kannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih." (HR. Muslim) 

Di antara bimbingan yang beliau ajarkan kepada setiap muslim dan muslimah adalah:

"Jika kamu mendatangi pembaringanmu, hendaklah berwudhu' sebagaimana engkau berwudhu ketika hendak shalat. Kemudian berbaringlah dengan bertelekan pada rusuk kananmu." 

Diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiallaahu anha ia berkata:

Setiap kali Rasulullah hendak tidur di pembaring-annya pada tiap malam, beliau merapatkan kedua telapak tangannya. Lalu meniupnya dan membaca surat Al-Ikhlas (Qul Huwallaahu Ahad), surat Al-Falaq (Qul A'uudzu birabbil Falaq) dan surat An-Naas (Qul A'uudzu birabbin Naas). Kemudian beliau mengusap tubuh yang dapat dijangkau dengan kedua telapak tangannya itu. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali." (HR. Bukhari) 

Anas bin Malik Radhiallaahu anhu meriwayatkan: "Setiap kali Rasulullah hendak tidur di pembaringannya beliau selalu berdoa:

"Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan, memberi kami minum dan memberi kami kecukupan dan tempat berteduh. Betapa banyak orang yang tidak mempunyai Tuhan yang mem-berikan kecukupan dan tempat berteduh." (HR. Muslim) 

Dari Abu Qatadah Radhiallaahu anhu ia berkata:

"Sesungguhnya bila Rasulullah beristirahat dalam perjalanannya di malam hari, beliau berbaring dengan bertelekan pada rusuk kanan. Dan apabila beliau beristirahat pada waktu menjelang subuh, beliau tegakkan lengan dan beliau letakkan kepala di atas telapak tangan." (HR. Muslim) 

Meskipun anugrah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala curahkan kepada kita begitu banyak, namun cobalah lihat wahai saudaraku, kasur yang dipakai penghulu para Nabi, penutup para rasul, makhluk yang paling utama, sebaik-baik bani adam di atas muka bumi. Diriwayatkan oleh 'Aisyah Radhiallaahu anhu ia berkata:

"Sesungguhnya kasur yang dipakai oleh Rasulullah r hanyalah terbuat dari kulit binatang (yang telah disamak) yang diisi dengan sabut kurma." (HR. Muslim) 

Pada suatu ketika, beberapa orang sahabat Radhiallaahu anhum datang menemui beliau, berikut juga Umar Radhiallaahu anhu Rasulullah lantas bangkit merubah posisinya, Umar Radhiallaahu anhu melihat tidak ada kain yang melindungi tubuh Rasulullah e dari tikar yang dipakainya berbaring. Ternyata tikar tersebut membekas pada tubuh beliau . Melihat pemandangan itu Umar Radhiallaahu anhu pun menangis. Rasulullah e bertanya kepadanya: "Apakah gerangan yang membuatmu menangis wahai Umar?" ia menjawab: "Demi Allah, karena saya tahu bahwa engkau tentu lebih mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala daripada raja Kisra maupun Kaisar. Mereka dapat berpesta pora di dunia sesuka hatinya. Sedangkan Engkau adalah seorang Utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala namun keadaan engkau sungguh sangat memprihatinkan sebagaimana yang aku saksikan sekarang," 


Rasulullah bersabda: "Tidakkah engkau ridha wahai Umar, kemegahan dunia ini diberikan bagi mereka, sedangkan pahala akhirat bagi kita!" Umar Radhiallaahu anhu menjawab: "Tentu saja!" "Demikianlah adanya!" jawab Nabi." (HR. Ahmad)
 
Shalat Malam Rasulullah


Malam telah datang menjelang di langit kota Madinah, suasana gelap menyelimuti jagad raya. Namun Rasulullah menerangi sudut-sudut kota dan menghi-dupkan malamnya. Beliau bermunajat kepada Allah Ta'ala  Rabb alam semesta. Beliau memohon kepada Dzat yang mengurus segala perkara guna melaksanakan perintah Sang Pencipta:
 "Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan." (Al-Muzzammil: 1-4) 

Abu Hurairah Radhiallahu anhu menceritakan:
Rasulullah biasa mengerjakan shalat malam hingga membengkak kedua telapak kakinya. Ada yang bertanya kepada beliau: "Wahai Rasulullah, mengapa Anda melakukan sedemikian itu, bukankah Allah telah mengampuni segala dosa Anda yang lalu maupun yang akan datang?" beliau menjawab: "Bukankah selayaknya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?" (HR. Ibnu Majah). 


Al-Aswad bin Yazid berkata: "Aku pernah bertanya kepada 'Aisyah Radhiallaahu anha tentang shalat malam Rasulullah . 'Aisyah menjawab: "Biasanya beliau tidur di awal malam, kemudian tengah malamnya beliau bangun mengerjakan shalat malam. Bila merasa ada keperluan beliau segera menemui istri. Beliau segera bangkit begitu mendengar seruan azan. Beliau segera mandi bila dalam keadaan junub. Jika tidak, maka beliau segera berwudhu' lalu berangkat (ke masjid untuk) shalat." (HR. Al-Bukhari) 


Shalat malam beliau sangat mengagumkan, ada baiknya kita ketahui panjang ayat yang dibacanya. Semoga dapat kita jadikan contoh dan teladan. 


Abu Abdillah Hudzaifah ibnul Yaman Radhiallaahu anhu  mengisahkan:
Pada suatu malam, aku pernah shalat tahajjud bersama Rasulullah e. Beliau mengawali shalat dengan membaca surat Al-Baqarah, saya berkata di dalam hati, "Mungkin setelah membaca kira-kira seratus ayat, ternyata beliau terus tidak berhenti, saya berkata lagi di dalam hati, "Mungkin, beliau selesaikan pembacaan surat Al-Baqarah. Dalamsatu raka'at ternyata beliau terus memulai surat Ali Imron kemudian terus mem-bacanya saya berbicara di dalam hati: (mungkin) beliau mau ruku setelah selesai Ali-Imron, ternyata beliau terus membaca surat An Nisa sampai habis. Beliau membaca surat-surat tersebut dengan bacaan tartil. Setiap kali membaca ayat yang menyebutkan kemahasucian Allah U beliau selalu bertasbih (mengucapkan subhanallah). Setiap kali membaca ayat yang berisikan permohonan, beliau pasti berdoa. Setiap kali membaca ayat yang menyebutkan permintaan berlindung diri kepada Allah Y, beliau segera mengucapkan ta'awwudz. Ketika ruku' beliau membaca:

 "Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung."
Lama ruku' beliau hampir sama dengan lama ber-diri. Kemudian beliau mengucapkan:

"Allah Maha mendengar terhadap hamba yang memuji-Nya. Ya Rabb kami, segala puji bagi-Mu."
Kemudian beliau tegak berdiri (i'tidal), hampir sama lamanya dengan ruku'. Kemudian beliau sujud dan membaca:

 "Maha Suci Rabbku Yang Maha Luhur."
Lama sujud beliau hampir sama dengan lama i'tidal." (HR. Muslim)

Post a Comment

Previous Post Next Post