Sehari di Kediaman Rasulullah (bagian 9)

Oleh : Abdul Malik bin Muhammad bin Abdur Rahman Al-Qasim



Tawadhu' Rasulullah

Rasulullah adalah seorang yang sangat elok akhlaknya dan sangat agung wibawanya. Akhlak beliau adalah Al-Qur'an sebagaimana yang dituturkan 'Aisyah x, ia berkata: "Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an." (HR. Muslim).

Beliau juga pernah bersabda:
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad)
Salah satu bentuk ketawadhu'an Rasulullah adalah; beliau tidak suka dipuji dan disanjung secara berlebihan. Dari Umar bin Kaththab Radhiallaahu anhu ia berkata: Rasulullah pernah bersabda:
"Janganlah kamu sanjung aku (secara berlebihan) sebagaimana kaum Nasrani menyanjung 'Isa bin Maryam alaihisSalam secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba Allah, maka panggillah aku dengan sebutan: hamba Allah dan Rasul-Nya." (HR. Abu Daud)
Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Ada beberapa orang memanggil Rasulullah sambil berkata: "Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik dan anak orang yang terbaik di antara kami, wahai junjungan kami dan anak dari junjungan kami." Rasulullah segera menyanggah seraya berkata:
"Wahai sekalian manusia, katakanlah sewajarnya saja! Jangan sampai kamu digelincirkan setan. Aku adalah Muhammad hamba Allah dan rasul-Nya. Aku tidak sudi kamu angkat di atas kedudukan yang dianugrahkan Allah kepadaku." (HR. An-Nasai)
Sebagian orang ada yang menyanjung Rasulullah secara berlebihan. Sampai-sampai ia meyakini bahwa Rasulullah mengetahui ilmu ghaib atau meyakini bahwa beliau memiliki hak untuk memberikan manfaat dan menurunkan mudharat, bahwa beliau dapat mengabulkan segala permintaan dan menyembuhkan segala penyakit. Padahal Allah telah menyanggah keyakinan seperti itu. Allah berfirman:
 "Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik keman-fa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan." (Al-Araf: 188)
Demikianlah akhlak Nabi yang mulia, seorang utusan Allah, sebaik-baik manusia di muka bumi dan seutama-utama makhluk di kolong langit. Beliau senan-tiasa tunduk patuh dan bertaubat kepada Rabbnya. Beliau tidak menyukai kesombongan, bahkan beliau adalah pemimpin kaum yang tawadhu' dan penghulu kaum yang tunduk patuh kepada Rabb. Anas bin Malik Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Tidak ada seorangpun yang lebih mereka cintai daripada Rasulullah. Walaupun begitu, apabila mereka melihat beliau, mereka tidak berdiri untuk menyambut beliau. karena mereka mengetahui bahwa beliau tidak menyukai cara seperti itu." (HR. Ahmad)
Layangkanlah pandanganmu kepada Nabi umat ini. Saksikan sikap tawadhu' beliau yang sangat menga-gumkan dan keelokan akhlak yang langka ditemukan. Beliau tetap bersikap tawadhu' terhadap seorang wanita miskin. Beliau luangkan waktu untuk melayaninya, padahal waktu beliau penuh dengan amal ibadah!
Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Suatu hari seorang wanita datang menemui Rasulullah, ia mengadu kepada beliau sambil berkata: "Wahai Rasulullah, saya membutuhkan sesuatu dari Anda." Rasulullah berkata kepadanya: "Pilihlah di jalan mana yang kamu kehendaki di kota Madinah ini, tunggulah aku di sana, niscaya aku akan menemuimu (melayani keperluan-mu)." (HR. Abu Daud)
Beliau hadir dengan segenap jiwa yang terpuji lagi elok.
Menjulang tinggi ke tempat yang terpuji dengannya.
Bila disingkap kesturi dari cincinnya kepada jagad raya
niscaya setiap orang akan merasakan harumnya
baik yang di gunung maupun di lembah.
Sungguh, beliau adalah pemimpin segenap ahli tawadhu' baik dalam ilmu ataupun amal.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Rasulullah beliau bersabda:
"Andaikata aku diundang makan paha atau kaki binatang, niscaya aku kabulkan undangannya. Andaikata kepadaku hanya dihadiahkan kaki atau paha binatang, tentu akan aku terima hadiah itu." (HR. Al-Bukhari)
Semoga hadits Rasulullah tadi menjadi pelajaran sekaligus peringatan bagi orang-orang yang takabbur dari sifat sombong dan angkuh.
Abdullah bin Mas'ud Radhiallaahu anhu meriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda:
"Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji zarrah kesombongan." (HR. Muslim)
Sifat sombong merupakan jalan menuju Neraka, wal 'iyaadzubillah, meskipun hanya sebesar biji zarrah. Cobalah lihat hukuman yang ditimpakan terhadap orang yang sombong dan angkuh cara berjalannya. Betapa besar kemurkaan dan kemarahan yang diturunkan Allah Ta'ala atasnya. Dan betapa pedih siksa yang dideritanya.
Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Rasulullah beliau bersabda:
"Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaiannya, takjub dengan kehebatan dirinya sendiri, rambutnya tersisir rapi, berjalan dengan angkuh. Namun tiba-tiba Allah Ta'ala menenggelamkannya. Dia terus terbenam ke dasar bumi sampai hari Kiamat." (Muttafaq 'alaih)

Pelayan Rasulullah

Seorang pelayan yang miskin papa lagi lemah, namun oleh Rasulullah ditempatkan pada kedudukan yang layak. Beliau mengukurnya dari sisi agama dan ketakwaannya, bukan dari sisi status sosial dan keduduk-annya yang lemah. Rasulullah telah memberikan pengarahan dalam memperlakukan pelayan dan pekerja, beliau bersabda:

"Mereka (para pelayan dan pekerja) adalah saudara kamu (seiman). Allah Ta'ala menempatkan mereka di bawah kekuasaan kamu. Berilah mereka makanan yang biasa kamu makan, berikanlah mereka pakaian yang biasa kamu pakai. Janganlah memberatkan mereka di luar batas kemampuan. Jika kamu mem-berikan sebuah tugas, bantulah mereka dalam melaksanakannya." (HR. Muslim)
Simaklah penuturan seorang pelayan tentang maji-kannya. Sebuah penuturan yang sangat mengagumkan dan pengakuan yang mengesankan serta pujian nan agung. Pernahkah Anda melihat seorang pelayan memuji majikannya sebagaimana pujian yang diberikan pelayan Rasulullah kepadanya!?"
Anas bin Malik Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Aku pernah menjadi pelayan Rasulullah selama sepuluh tahun. Tidak pernah sama sekali beliau mengucapkan "hus" kepadaku. Beliau tidak pernah membentakku terhadap sesuatu yang kukerjakan (dengan ucapan): "Mengapa engkau kerjakan begini!" Dan tidak pula terhadap sesuatu yang tidak kukerjakan (dengan ucapan): "Mengapa tidak engkau kerjakan!" (HR. Muslim)
Bukan hitungan hari atau bulan, tetapi genap sepuluh tahun! Jangka waktu yang sangat panjang. Yang penuh dengan suka dan lara, tangis dan tawa. Penuh dengan emosi jiwa dan pasang surut kehidupan. Ayah ibuku menjadi tebusannya, meskipun demikian beliau tidak pernah membentak atau memerintahnya. Justru sebaliknya, beliau memberikan balasan yang setimpal, membuat bahagia perasaan pelayannya, menutupi kebutuhan mereka beserta keluarga serta mendoakan mereka.
Anas Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Ibuku pernah berkata: "Wahai Rasulullah, anak ini akan menjadi pelayanmu, doakanlah ia." Rasulullah kemudian berdoa:
"Ya Allah, anugrahkanlah kepadanya harta dan keturunan yang banyak dan berkahilah rizki yang Engkau curahkan kepadanya." (HR. Al-Bukhari)
Beliau adalah seorang pemberani. Hanya saja keberanian itu cuma beliau pergunakan untuk membela kebenaran semata. Beliau tidak pernah mengebiri hak kaum lemah yang berada di bawah tanggung jawab beliau, baik itu sang istri maupun si pelayan.
'Aisyah Radhiallaahu anha menuturkan:
"Rasulullah tidak pernah sama sekali memukul seorangpun kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah Ta'ala. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita." (HR. Muslim).
Itulah 'Aisyah Radhiallaahu anha, yang telah berulang kali mengungkapkan keluhuran budi sebaik-baik hamba yang terpilih. Telah banyak sekali riwayat yang bercerita tentang keagungan pribadi dan keelokan pergaulan beliau. Sampai-sampai kaum kafir Quraisy juga mengakuinya.
'Aisyah Radhiallaahu anha kembali mengungkapkan: "Aku tidak pernah melihat Rasulullah membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah Ta'ala. Namun, bila sedikit saja kehormatan Allah Ta'ala dilanggar orang, maka beliau adalah orang yang paling marah karenanya. Dan sekiranya beliau diminta untuk memilih di antara dua perkara, pastilah beliau memilih yang paling ringan, selama perkara itu tidak menyangkut dosa." (HR. Al-Bukhari)
Beliau menyeru umatnya untuk berlaku lemah lembut dan sabar. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu Maha Lembut, dan menyukai kelembutan dalam segala perkara." (Muttafaq 'alaih)
 
Bingkisan dan Tamu Rasulullah

Sentuhan perasaan dan gejolak emosional adalah sesuatu yang selalu hadir dan dibutuhkan dalam kehi-dupan seorang insan, baik di tengah masyarakat, keluarga maupun di dalam rumahnya. Bingkisan hadiah adalah salah satu sarana untuk merekatkan hati dan meluluh-kan dendam serta amarah.

'Aisyah Radhiallaahu anhu menuturkan: "Rasulullah biasa menerima bingkisan hadiah dan membalas bingkisan itu." (HR. Bukhari)
Pemberian hadiah dan ucapan terima kasih sebagai ungkapan rasa syukur ini hanya muncul dari jiwa yang mulia dan hati yang tulus. Akhlak yang mulia merupakan akhlak para nabi dan sunnah para rasul. Rasulullah ¥ adalah teladan yang terdepan dan panutan yang luhur dalam masalah tersebut. Bukankah beliau telah menegaskan:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, hendaklah ia memuliakan tamu. Hak tamu ialah sehari semalam. Kewajiban melayani tamu adalah tiga hari, lebih dari itu merupakan sedekah. Seorang tamu tidaklah boleh berlama-lama sehingga memberatkan tuan rumah." (HR. Al-Bukhari)
Demi Allah, tidak pernah disaksikan sebelumnya oleh siapapun juga, baik di gunung maupun di lembah, baik penduduk Hijaz maupun penduduk semenanjung Arab, akhlak dan budi pekerti seagung dan semulia Rasulullah. Bahkan oleh penduduk Timur dan Barat sekalipun. Perhatikanlah baik-baik dan lihatlah perilaku Rasulullah.
Dari Sahal bin Sa'ad Radhiallaahu anhu ia berkata: "Seorang wanita datang menemui Rasulullah dengan membawa kain bersulam (berhias). Ia berkata: "Aku menenun dan menyulamnya sendiri dengan tanganku supaya engkau mengenakannya." Rasulullah pun mengambilnya, tam-paknya beliau sangat membutuhkan. Kemudian beliau keluar menemui kami dengan mengenakan kain itu sebagai sarung. Ada yang berkata: "Alangkah indahnya kain itu, hadiahkanlah kain itu kepadaku!" "Boleh!" jawab beliau. Lalu Rasulullah duduk di dalam majlis kemudian kembali. Beliau segera melipat kain itu dan mengirimkannya kepada orang tersebut. Orang-orang berkata: "Alangkah bagusnya engkau ini, Rasulullah lebih membutuhkan kain itu tetapi engkau malah memin-tanya, padahal engkau tahu bahwa Rasulullah tidak pernah menolak permintaan!" orang itu menjawab: "Demi Allah, sesungguhnya aku meminta kain itu kepada beliau bukan untuk kukenakan, akan tetapi aku ingin menja-dikannya sebagai kain kafan." Sahal berkata: "Dengan kain itulah ia dikafani." (HR. Bukhari)
Tidaklah mengherankan jika demikian luhur budi pekerti hamba pilihan Allah Ta'ala ini. Karena beliau dibimbing langsung dibawah pengawasan-Nya dan men-jadikannya sebagai teladan. Beliau telah memberikan contoh yang agung dalam hal kemurahan hati dan ke-dermawanan.
Hakim bin Hizam Radhiallaahu anhu menuturkan: "Aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah, beliau lantas memberikannya. Kemudian aku meminta lagi, beliau pun memberikanya. Kemudian aku meminta lagi, beliau pun memberikannya seraya berkata: "Wahai Hakim, sesung-guhnya harta ini manis dan indah. Barang siapa yang mengambilnya dengan kemurahan hati, ia akan mendapat keberkatan padanya. Barangsiapa yang mengambilnya dengan ketamakan, ia tidak akan mendapat keberkatan padanya. Bagaikan orang yang makan tapi tidak pernah kenyang. Dan tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah." (Muttafaq 'alaih)
Benarlah ucapan seorang penyair:
Beliau adalah seorang yang paling sempurna ketaatannya
disamping memiliki semangat yang begitu tinggi.
Demikian agung dan luhur kedudukan beliau
hingga sulit dibandingkan dengan siapapun.
Bila cahaya beliau menyinari umat manusia
niscaya akan mengelokkan dan menaungi mereka.
Ternyata cahaya itu adalah Al-Qur'an dan Sunnah beliau.
Kutemukan para pemburu tercengang keheranan.
Kutemukan semua kebaikan terkumpul pada seorang insan (Rasulullah)
Jabir Radhiallaahu anhu berkata: "Tidak pernah sama sekali Rasulullah mengatakan "tidak" (menolak) setiap kali diminta." (HR. Al-Bukhari)
Kedermawanan dan kemurahan hati beliau sulit untuk dicari tandingannya. Ditambah lagi dengan kebaikan hati, keelokan dalam bergaul dan kesetiaan beliau yang tiada taranya. Di antara kebiasaan beliau adalah menebar senyum kepada orang yang berada di dalam majlis. Sehingga orang-orang akan menyangka bahwa orang itulah yang paling beliau kasihi.
Jabir bin Abdullah Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Sejak aku masuk Islam, setiap kali Rasulullah berpapasan dengan-ku atau melihatku, beliau pasti tersenyum." (HR. Al-Bukhari)
Cukuplah pengakuan dari orang yang melihat langsung menjadi pelajaran bagi kita.
Abdullah bin Al-Harits Radhiallaahu anhu menuturkan: "Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah." (HR. At-Tirmidzi)
Mengapa harus heran wahai saudaraku tercinta, beliaulah yang menegaskan:
"Senyumanmu di hadapan saudaramu (seiman) adalah sedekah." (HR. At-Tirmidzi)
Anas bin Malik Radhiallaahu anhu yang pernah menjadi pelayan Rasulullah telah mengungkapkan kepada kita beberapa sifat yang agung pada diri beliau. Yang sulit ditemukan pada diri seseorang, bahkan pada diri orang banyak. Rasulullah adalah seorang yang sangat lembut, beliau pasti memperhatikan setiap orang yang bertanya kepadanya, beliau tidak akan berpaling sehingga sipenanyalah yang berpaling. Beliau pasti menyambut setiap orang yang mengulurkan tangannya kepada beliau, beliau tidak akan melepas jabatan tangannya sehingga orang itulah yang melepaskan." (HR. Abu Nu'aim dalam kitab Dalaail)
Selain sangat memuliakan tamu dan berlaku lembut kepada mereka, beliau juga sangat penyantun terhadap umatnya. Oleh sebab itu, beliau tidak rela melihat kemungkaran bahkan beliau pasti segera mem-basminya.
Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu menuturkan bahwa suatu ketika Rasulullah melihat cincin emas di tangan seorang lelaki. Beliau segera mencabut cincin itu lalu membu-angnya seraya berkata: "Apakah salah seorang di antara kamu suka memakai bara api dari Neraka di ta-ngannya?" (HR. Muslim) 

Post a Comment

Previous Post Next Post